Suami, Begini Cara Menjaga Ketulusan Hati Istri Agar Keluarga Bahagia

Pernikahan tidak akan lepas dari yang namanya masalah, baik masalah internal mau pun masalah eksternal.

Hidup memang penuh dengan cobaan, penuh dengan tantangan akan tetapi selalu ada cara untuk menyelesaiaknnya.

Butuh kesabaran memang dan sabar itu sanbatlah tidak mudah maka dari itu ketika sudah menikah kita harus senantisa menjaga hati kita dan pasangan kita sepenuh hati.

Mencintai itu mudah apalagi jika kita mengucapkannya namun bisakah kita berkorban demi orang yang kita cintai?

Benarkah kita sudah tulus mencintainya, ataukah kita menginginkan balasan darinya” Benarkah kita tulus kepadanya?

Contoh ketika suami bekerja namun tidak mencukup kebutuhan keluarga, lalu sang istri membantu dengan cara mencari nafkah.

Namun ketika bertangkar justru mengungkit kerja kerasnnya, kita mengungkit pekerjaan kita apakah benar kebaikan yang sudah kita lalakukan tidak akan terhapus?

Dengan sikap istri yang demikian justru akan membuat suami emosi bukan menjadikan keluarga bahagia walau sudah membantu secara ekonomi.

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS. al-Hadid: 18)

Semarah apapun jangan sampai mengungkit, bersabarlah katakan kepadanya terimakasih sudah mengoreksi kesalahanmu.

Balaslah dengan kata-kata yang menyejukkan hati semoga Allah senantisa memberi petunjuka agar tidak salah membantu lagi.

Katakan maaf atau jauh lebih baik diam serta memohon kepada Allah agar selalu diberi kekuatan dalam segala hal.

مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. al-Baqarah: 245)

وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ آمَنُوا بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللَّهُ ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِهِمْ عَلِيمًا

“Dan apakah (kerugian) yang akan menimpa mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, serta mereka mendermakan (sedekah) sebagian dari harta yang telah dikurniakan Allah kepada mereka?” (QS. an-Nisa: 39)

Karena dari beberapa curhatan seorang istri ketika membantu suaminya mencari nafkah ia merasa paling benar, merasa sangat lelah karena membantu suaminya.

Terutama jika penghasilannya melampaui suaminya sehingga tidak mau menghargai jerih payah suaminya maka tentu yang demikian jauh dari kata sakinah.

Ketika bertengkar dengan suaminya ia selalu melontarkan kata-kata yang tidak mengormati.

Ketahuilah wahai istri membantu suami adalah pekerjaan yang mulai, jangan sampai hilang harga dirimu karena tidak bisa menghormati suamimu.

Jika memang suamimu tidak menghargamu maka kalahkan ego suamimi dengan perbuatan yang baik serta sikap lembutmu.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.” (QS. an-Nisa’: 34)

Karena bagaimana pun juga, seorang suami tetaplah seorang imam dalam keluarga yang harus disegani dan patuhi oleh isri, sebagaimana firman Allah berikut ini:

وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ

“… dan kaum lelaki memiliki kedudukan satu derajat di atas kaum wanita …” (QS. al-Baqarah: 228)

Bukankah istri bekerja pun wajib atas seijin suami? jika tak lagi bisa kita hormati, untuk apa bersuami? tujuan menikah untuk mencapai sakinah bersama, perlu ketulusan hati dalam menjaga mahligai pernikahan itu.

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا

“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (QS. al-Ahzab: 36)

Mungkin kita kurang tahajud, kurang zikir dan kurang sedekah sehingga kurang mendoakan suami. Jauh dari barokah.

Jangan menganggap membantu suami adalah beban, karena mengungkitnya sama dengan tidak menjaga ketulusan hati.

Bagaimana bisa sakinah? mungkin karena kita kurang ikhlas menjadi tidak cukup walau sudah membantu suami bekerja,menjadi hilang pula nilai sedekah kita.

“Harta itu tidak akan kurang dengan disedekahkan.” (HR. Imam Muslim)

Ketika kita membantu suami cukup Allah yang tahu dan cukup Allah yang membalas kebaikan kita, kita tak perlu mengungkitnya demi menjaga ketulusan kita dan demi terciptanya kebahagiaan yang sakinah. Cukup Allah yang membalas kebaikan kita.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl: 97). [ummi-online.com]

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Suami, Begini Cara Menjaga Ketulusan Hati Istri Agar Keluarga Bahagia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel